Pilkada dan Soal Bagaimana Pilihan Ditentukan

(Oleh: Husnul Isa Harahap)

Pemilihan kepala daerah merupa kan proses politik yang dilakukan untuk menjamin terjadinya sirku- lasi kepemimpinan yang demokratis. Prosesnya menjadi sangat menarik karena dipilih secara langsung.

Proses ini memungkin adanya peran pemilih untuk menentukan siapakah diantara para kandidat yang layak duduk dikursi pemerintahan dan siapa yang tidak layak. Mereka yang memiliki hak pilihlah yang memutuskan akan memilih siapa.

Pada dasarnya banyak penjelasan tentang bagaimana pemilih menentukan pilihannya. Dan penjelasan tersebut biasanya sangat variatif. Salah satu penjelasan yang sering muncul adalah tentang proses identifikasi pilihan yang dikemukakan Wilhelm Buerklin. Menurutnya ada tiga faktor yang mempengaruhi keputusan pemilu (Dieter Roth, Studi Pemilu Empiris, 43),

Pada tingkatan pertama pemilih hanya berupaya melakukan identifikasi terhadap para kandidat yang pada akhirnya menciptakan orientasi terhadap kandidat. Pertanyaan kuncinya adalah siapa kandidat. Pertanyaan tersebut menjurus pada upaya mencari persamaan antara pemilih dengan kandidat. Selain itu juga mencari sesuatu yang menarik, apakah itu karena ketertarikan fisik, keperibadiannya, atau karena memiliki ikatan tertentu. Dalam hal ini faktor ikatan emosional seringkali lebih menentukan dibandingkan dengan faktor fisik dan kepribadian.

Identifikasi pada tingkatan kedua adalah identifikasi partai politik. Identifikasi ini merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan karena alasan ideologis. Sebagian pemilih melihat partai politik sebagai representasi keyakinan pemilih. Dalam hal ini pilihan terhadap kandidat didasarkan pada pilihan partai politik. Sebagai contoh jika kandidat A didukung partai politik B, maka pemilih akan memilih kandidat A karena kandidat A didukung oleh partai B. Seandainya kandidat C adalah didukung partai B, maka pemilih akan mengikuti pilihan partai B yaitu memilih kandidat C. Para pemilih seperti ini disebut pemilih loyal. Variabel ini juga dapat disebut sebagai variabel jangka panjang (long-term variable).

Pada tingkatan yang lebih tinggi, pemilih tidak hanya mengidentifikasi latar belakang kandidat, melainkan juga mengidentifikasi program kerja. Pada tingkatan ini para pemilih melihat kesesuaian antara rekam jejak kandidat dengan program yang tawarkan. Pertanyaannya adalah apakah program kerja tersebut akan mampu menciptakan banyak perubahan. Selanjutnya program kerja yang menjanjikan tersebut memancing pemilih untuk mengidentifikasi lebih jauh apakah program tersebut dapat diimplementasikan atau tidak.

Pada tingkat pemilih seperti inilah berlaku istilah yang disebut pemilih tidak loyal (swing voters). Pemilih seperti ini mempertimbangkan kesesuaian antara keinginan publik atau kebutuhan dasar publik dengan apa yang ditawarkan oleh para kandidat. Dalam terminologi prilaku pemilih proses identifikasi program kerja ini disebut sebagai variabel yang bersifat jangka pendek (short-term variable).

Melihat Masa Lalu

Selain tiga cara yang telah disebutkan, masa lalu juga merupakan bagian penting menentukan pilihan politik dalam proses pemilihan sebagaimana disebutkan Michael G Roskin (Political Science, 229). Dalam pendekatan prilaku politik cara menentukan pilihan seperti ini sering disebut restrospective voting. Namun cara ini lebih sering dijadikan para pemilih untuk memutuskan apakah kandidat incumbent akan dipercaya kembali untuk menjalankan pemerintahan.

Dilihat dalam perspektif ini pemilih menentukan pilihan berdasarkan penilaian kinerja kandidat kepala daerah yang merupakan pelaksana pemerintahan (incumbent). Jika kinerja kandidat incumbet dianggap memuaskan atau memenuhi harapan maka pemilih akan menjatuhkan pilihannya kepada kandidat incumbent. Sebaliknya jika kinerja kandidat incumbet dianggap kurang memuaskan atau dianggap belum memenuhi harapan maka pemilih akan menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang dianggap mampu melakukan sesuatu yang lebih baik.

Pendekatan sistem politik mengenal mekanisme ini sebagai mekanisme evaluasi kepemimpinan politik. Evaluasi politik itu nantinya akan menghasilkan dua keputusan penting yang mempengaruhi hasil pemilu, yakni pertama apakah kandidat incumbent akan mendapatkan hukuman politik berupa ketidakterpilihan dan kedua apakah kandidat incumbent akan mendapat hadiah politik berupa keterpilihan.

Sikap Pemilih Kota Medan

Untuk melihat karakter pemilih di Kota Medan tentu membutuhkan survei dengan jumlah responden yang representatif dan proporsional. Namun ada beberapa hal yang dapat dijelaskan berdasarkan teori yang telah dikemukakan tersebut dengan catatan pemilih diklasifikasikan berdasarkan kategoris sosial, dari segi kelas ekonomi, pekerjaan, irisan teritorial, kelompok usia, jenis kelamin, etnis dan agama atau ideologi.

Pertama, pemilih yang menentukan pilihannya dengan mengedepankan orientasi kandidat adalah kalangan pemilih yang tinggal di daerah pinggiran. Namun pengalaman pemilu menunjukkan mereka yang tinggal di daerah menengah dan pusat juga memiliki karakter yang sama. Fenomena karakter pemilih seperti ini biasanya ada di wilayah dimana kesenjangan antara minoritas dan mayoritas cukup tinggi.

Ciri khas pemilih ini adalah aktif dalam organisasi keetnisan atau keagamaan. Secara umum usia pemilih ini sudah lanjut, namun pemilih pemula juga cenderung memiliki karakter ini karena pengaruh orang tuanya. Kandidat yang memiliki daya tarik dikalangan pemilih tersebut adalah kandidat seperti Rudolf M Pardede, Sofyan Tan atau Bahdin Nur Tanjung. Calon lain seperti Joko Susilo, Rahudman Harahap, M. Arif Nasution, Maulana Pohan, Sigit Pramono Asri, Ajib Shah dan Indra Sakti Harahap juga memiliki pengaruh meski tidak sebesar yang dimiliki ketiga calon tersebut. Terutama sekali karena adanya citra kandidat dan pengaruh emosional yang ditularkan dan dibangun wakilnya.

Kedua, pemilih yang mengedepankan cara identifikasi partai adalah kalangan masyarakat dengan kelas ekonomi bawah dan terutama ekonomi menengah. Umumnya cara memilih seperti ini berkembang dalam masyarakat yang penduduknya padat namun homogen. Pemilih pemula juga cenderung memiliki karakter ini karena pengaruh orang tuanya. Contoh partai politik yang memiliki pemilih yang loyal di Kota Medan adalah Partai Keadilan Sejahtera. Pemilih partai ini akan memilih Sigit Pramono Asri dalam pemungutan suara nantinya.

Ketiga, pemilih yang menentukan pilihannya berdasarkan cara identifikasi program kandidat adalah pemilih dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, dengan tingkat ekonomi baik serta tinggal diwilayah pusat kota dan menengah atau wilayah yang masyarakatnya heterogen. Mereka yang menjadi sasaran identifikasi adalah kandidat yang menjadi tokoh di Kota Medan karena latarbelakang porfesinya seperti M. Arif Nasution, Maulana Pohan, Bahdin Nur Tanjung, Rahudman Harahap, Sofyan Tan, Joko Susilo, Indra Sakti Harahap.

Terakhir, khusus buat pemilih yang melihat masa lalu sebagai cara menentukan pilihannya maka perhatian pertama sekali akan tertuju pada Rahudman Harahap. Para pemilih ini tidak akan melihat programnya lagi. Jika mereka merasa puas dengan kinerja Rahudman Harahap saat beliau menjadi pelaksana tugas (Plt) Walikota Medan, maka akan memutuskan memilihnya. Sementara jika tidak puas dengan kinerja Rahudman, akan menghukumnya dengan memilih kandidat lain.

Penutup

Pemilihan kepala daerah merupakan proses politik yang melibatkan partisipasi rakyat atau tepatnya pemilih. Inilah alasan mengapa kandidat harus dapat mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan bagaimana orientasi politiknya. Lebih jauh lagi kandidat harus dapat memetakan sebaran karakter pemilih yang tujuannya untuk menentukan mana wilayah-wilayah yang menjadi basis dukungan utama dan menentukan penawaran apa tepat untuk masyarakat ditiap kantung-kantung suara. Apa yang telah dikemukakan tentu hanya merupakan perkiraan teoritis yang memerlukan pembuktian lanjutan.***

Husnul Isa Harahap adalah Pengajar Ilmu Politik Departemen Ilmu Politik FISIP USU. Tulisan ini dipublikasikan oleh Harian Umum Analisa Cetak Jumat, 9 April 2010, hal. 25. Bisa diunduh juga di Situs Resmi Harian Analisa. Halaman Utama

Tinggalkan komentar